Sepertinya tidak terlalu berlebihan jika Harry Potter disebut-sebut sebagai franchise of the decade, bagaimana tidak? lihat saja torehan fantastis yang sudah berhasil dicapai oleh kisah penyihir muda yatim piatu rekaan novelis J.K Rowling ini. Terhitung hingga kini sudah enam film telah dihasilkan oleh Warner Bros. Pictures, dan semenjak pemunculan perdananya, Harry Potter and the Philosopher’s Stone tahun 2001, sampai pada Harry Potter and the Half-Blood Prince tahun lalu, franchise ini sudah berhasil ‘menyihir’ jutaan fans fanatiknya di seluruh dunia untuk menyaksikan bagaimana kisah Harry Potter tumbuh dewasa bersama mereka, dan juga bagaimana mereka tumbuh dewasa bersama kisah Harry Potter selama 9 tahun ini, dan hasilnya memang tidak main-main, sampai seri ke enamnya, 5,4 Milliar Dollar berhasil diraup oleh studio berlogo perisai emas ini dalam peredarannya di seluruh dunia, dan juga bagaimana kejayaan Harry Potter berhasil melambungkan nama ke tiga aktor dan aktris utamanya, Daniel Radcliffe, Rupert Grint dan Emma Watson menjadi aktor/aktris terkenal di dunia.
Seperti sebuah ungkapan bijak yang pernah di ucapkan oleh karakter Morpheus dalam trilogi The Matrix, “everyhing has beginning has an end”, dan seperti itu pula yang terjadi pada kisah petualangan epik satu ini yang telah mencapai (separuh) akhirnya tahun ini. Ya, Harry Potter and the Deathly Hallows: part 1 menjadi bagian pertama dari installement pemungkas kisah penyihir dengan bekas luka petir di dahinya ini. Kisah yang tentunya sudah ditunggu-tunggu para muggle penggemarnya di tahun 2010 ini meskipun untuk bagian pertama ini tidak hadir dalam versi 3D seperti yang sebelumnya sudah dijanjikan karena alasan keterbatasan waktu untuk dapat mengkonversinya dengan sempurna.
Secara garis besar The Deathly Hollows: part 1 mengisahkan petualangan Harry (Daniel Radcliffe) dan kedua sahabatnya, Ronald Weasley (Rupert Grint) dan Hermione Granger (Emma Watson) untuk mencari dan menghancurkan Horcrux, rahasia tergelap yang juga merupakan kelemahan terbesar pangeran kegelapan, Lord Voldemort (Ralph Fiennes) yang tersisa sesuai dengan perintah yang telah diberikan oleh kepala sekolah mereka, Albus Dumbledore (Michael Gambon) mereka sebelum kematiannya. Kali ini Hary, Ron, Hermione tidak lagi berpetualang di sekolahnya, karena Hogwards sudah dikuasai oleh rezim Voldermort dengan Snape sebagai kepala sekolah baru yang sudah tentu tidak mungkin bagi Harry untuk kembali lagi kesana. Mereka bertiga kemudian berpergian dan mengunjungi tempat-tempat berbahaya, dan juga harus berhadapan dengan para pengikut-pengikut setia serta para pelahap maut dari yang namanya tidak boleh di sebutkan.
Dibaginya kisah The Deathly Hollows: part 1 menjadi dua bagian rupanya tidak hanya menguntungkan Warner Bros. dari segi pendapatan saja, namun ternyata juga memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi berkembangnya kisah ke-7 Harry Potter ini menjadi jauh lebih baik dibanding seri-seri sebelumnya, setidaknya kali ini duet David Yates dan Steve Kloves sebagai sutradara dan penulis naskah mendapatkan kesempatan lebih banyak dibanding seri-seri sebelumnya untuk dapat menuangkan elemen-elemen penting dalam novelnya ke dalam filmnya. Hasilnya, viola!! The Deathly Hollows: part 1 mampu menjelma sebagai instalemen terbaik diantara enam seri pendahulunya.
Terlihat sekali jika Yates begitu menikmati mengarap kisah terkakhir franchise satu ini. Tanpa harus terburu-buru Yates membiarkan kisahnya berjalan dalam tempo lambat tanpa harus kehilangan tensi ketegangan yang sudah dibangunnya dengan baik dari menit-menit awal. Konflik-konfilk utama yang terdapat dalam novelnya, meskipun tidak semua berhasil disajikan namun elemen-elemen utamanya sudah berhasil dirangkum dengan ringkas dan baik sepanjang 146 menit tanpa terkesan di kejar-kejar waktu dan dipaksakana seperti kebanyakan kasus yang dialami para predesornya.
Dalam bagian pertama dari The Deathly Hollows kita sama sekali tidak akan melihat Hogwarts, sebagai gantinya banyak kita jumpai rangkaian pemandangan-pemandangan alam liar Inggris yang berhasil di sajikan dengan sinematografi sangat indah sekaligus kelam disaat bersamaan, seakan-akan Yates ingin menggambarkan sebuah dunia yang dipenuhi ketakutan dan kegelapan dalam cengkeraman kekuasaan Voldermort yang sedang menaungi dunia para penyihir dan manusia pada saat itu, apalagi dukungan efek CGI kembali mampu menjadi faktor kuat yang membuat segala keajaiban dunia sihir Harrry Potter berhasil ditampilkan dengan sempurna, baik itu adegan-adegan aksi spektakuler yang melibatkan adu mantra-mantra sihir, kejar-kejaran diudara sampai salah satu yang paling mengesankan buat saya adalah kisah “Tale of the Three Brothers” yang di sajikan dengan tampilan animated sequence yang sangat menarik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa franchise Harry Potter adalah tempat dimana aktor dan aktris kenamaan Inggris Raya berkumpul menjadi satu. Selain tiga karakter utamanya, Daniel Radcliffe, Rupert Grint dan Emma Watson dan karakter-karakter lama lainnya, The Deathly Hollows kembali dimeriahkan dengan kehadiran karakter baru seperti Bill Nighy sebagai Rufus Scrimgeour sang mentri sihir, John Hurt sebagai Ollivander sang pembuat tongkat sihir dan Rhys Ifans sebagai Xenophilius Lovegood yang walaupun perannya bisa dibilang tidak banyak tapi sudah cukup memberikan daya tarik tersendiri.
Overall, The Deathly Hollows: part 1 sejauh ini adalah yang terbaik dari seluruh instalemen Harry Potter yang ada. David Yates selaku sutradara sukses memanfaatkan momentum di bagi duanya kisah epik petualangan penyihir paling dicintai didunia ini dengan menghadirkan separuh kisah seri terakhir ini dengan baik. Jelas sebuah ‘bekal’ yang kuat bagi para penontonnya untuk menghadapi grand finale yang akan hadir tahun depan. Let’s get ready for the final one!!
sumber: Movie Enthusiast's Blog