Archive for Desember 2010
13 Desember 2010
Senin, 13 Desember 2010 » 1
Sejarah Keistimewaan Yogyakarta
Rabu, 08 Desember 2010 » 0
Lambang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta |
Kacang Ojo Lali Karo Kulite
Semar dalam Kaligrafi Jawa |
WikiLeaks
Sejarah Animasi (part 2)
Senin, 06 Desember 2010 » 0
Frame Frame Animation |
Animasi Sederhana |
Sejarah Animasi (part 1)
Sabtu, 04 Desember 2010 » 1
Gambar Buruan |
Visual dari Zootrope |
Animasi Zootrope |
Alanis Morissette - Uninvited
Jumat, 03 Desember 2010 » 0
Like anyone would be
I am flattered by your fascination with me
Like any hot blooded woman
I have simply wanted an object to crave
But you're not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight
Must be strangely exciting
To watch the stoic squirm
Must be somewhat heartening
To watch shepard meet shepard
But you're not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight
Like any uncharted territory
I must seem greatly intriguing
You speak of my love like
You have experienced like mine before
But this is not allowed
You're uninvited
An unfortunate slight
I don't think you unworthy
I need a moment to deliberate
download Alanis Morissette - Uninvited
Scott Pilgrim vs. The World (2010)
Diceritakan bahwa Scott Pilgrimm (Michael Cera) adalah seorang cowok malas berusia 22 tahun yang gemar bermain video game serta bermain bas pada sebuah band indie local bernama Sex Bob-omb. Untuk ukuran cowok seusianya Scott tergolong mengagumkan. Sekalipun belum pernah kesulitan dalam memikat cewek untuk jadi pacarnya. Seperti ketika dia pacaran dengan seorang cewek keturunan Thionghoa bernama Knives Chau (Ellen Wong) yang kemudian sering diajaknya untuk nonton dia latihan bersama band indie-nya. Hal yang dilakukannya pun masih sama saja seperti ketika belum punya pacar. Jalan-jalan, maen game, dan maen band bersama teman-temannya.
Sampai pada suatu ketika, Scott bermimpi bertemu dengan seorang cewek unik, tomboy serta berambut warna, bernama Ramona Flowers (Mary Elizabeth Winstead). Dan sepertinya Scott jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Ramona, saat dia benar-benar bertemu Ramona di sebuah pesta. Lalu bagaimana hubungannya dengan Knives? Banyak yang mengasihani Knives karena serasa jadi cewek yang gak dianggap oleh Scott. Banyaknya saran dari sahabat-sahabatnya agar Scott putus dengan Knives pun direalisasikan oleh Scott. Selanjutnya Scott pun mulai mendekati Ramona. Semula Ramona tidak terlalu memperdulikan Scott, sampai kemudian diterimanya Scott menjadi cowoknya tapi dengan syarat. Syaratnya adalah Scott harus mengalahkan “Seven Evil Exes” yang merupakan 7 mantan pacar jahat dari Ramona. Scott harus menerima tantangan bertarung dari ketujuh mantan Ramona tersebut dan mengalahkan mereka. Dan para anggota Seven Evil Exes adalah Matthew Patel (Satya Bhabha), Lucas Lee (Chris Evans),Todd Ingram (Brandon Routh), Roxy Richter (Mae Whitman), si kembar Katayanagi bersaudara, Kyle (Shota Saito) dan Ken (Keita Saito), lalu yang terakhir adalah Gideon Graves (Jason Schwartzman). Maka dimulailah perjuangan Scott untuk mendapatkan hak sebagai pacar dari Ramona. Mengalahkan satu persatu dari anggota Seven Evil Exes yang bermunculan dari masa lalu Ramona dan berniat membunuhnya.
Film ini hampir seperti film drama remaja yang dikemas dalam balutan gaya komikal serta adegan pertarungan yang digarap layaknya tampilan game fighting di video game. Dari awal permulaan film dengan diperlihatkannya logo Universal Studio yang menggunakan sound midi ala game, sound yang divisualisasikan dalam bentuk text ala komik, adegan gemerincing koin poin ketika berhasil mengalahkan musuh, level up, bonus skill seperti di game RPG (roll playing game), hingga perubahan adegan dan transisi yang cepat gaya slice komik yang menakjubkan. Film ini terlihat eye candy sekali. Selain itu film ini dikemas dengan sangat pas takarannya. Durasi yang pas dan gak panjang, dan seperti biasa tidak ada adegan pembicaraan yang berlarut-larut. Lelucon yang cepat meskipun konyol, tapi gak bodoh.
Secara keseluruhan film ini merupakan film drama percintaan remaja dengan bumbu-bumbu efek special ala komik dan game yang benar-benar menghibur. Dan tanpa disadari, film Scott Pilgrimm vs The World yang merupakan adaptasi dari komik Scott Pilgrimm karya Bryan Lee O’Malley besutan sutradara Edgar Wright ini berhasil membuat sineas-sineas besar yang sudah dikenal kalangan luas, seperti Kevin Smith, Quentin Tarantino dan Jason Reitman yang sempat melontarkan komentar positif, menaruh minat tinggi pada film-film adaptasi komik atau game. Sepertinya film ini layak untuk disaksikan, apalagi untuk para pecinta game dan komik, selain karena visualnya keren juga sisi hiburannya benar-benar tinggi.
Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 1 (2010)
Seperti sebuah ungkapan bijak yang pernah di ucapkan oleh karakter Morpheus dalam trilogi The Matrix, “everyhing has beginning has an end”, dan seperti itu pula yang terjadi pada kisah petualangan epik satu ini yang telah mencapai (separuh) akhirnya tahun ini. Ya, Harry Potter and the Deathly Hallows: part 1 menjadi bagian pertama dari installement pemungkas kisah penyihir dengan bekas luka petir di dahinya ini. Kisah yang tentunya sudah ditunggu-tunggu para muggle penggemarnya di tahun 2010 ini meskipun untuk bagian pertama ini tidak hadir dalam versi 3D seperti yang sebelumnya sudah dijanjikan karena alasan keterbatasan waktu untuk dapat mengkonversinya dengan sempurna.
Secara garis besar The Deathly Hollows: part 1 mengisahkan petualangan Harry (Daniel Radcliffe) dan kedua sahabatnya, Ronald Weasley (Rupert Grint) dan Hermione Granger (Emma Watson) untuk mencari dan menghancurkan Horcrux, rahasia tergelap yang juga merupakan kelemahan terbesar pangeran kegelapan, Lord Voldemort (Ralph Fiennes) yang tersisa sesuai dengan perintah yang telah diberikan oleh kepala sekolah mereka, Albus Dumbledore (Michael Gambon) mereka sebelum kematiannya. Kali ini Hary, Ron, Hermione tidak lagi berpetualang di sekolahnya, karena Hogwards sudah dikuasai oleh rezim Voldermort dengan Snape sebagai kepala sekolah baru yang sudah tentu tidak mungkin bagi Harry untuk kembali lagi kesana. Mereka bertiga kemudian berpergian dan mengunjungi tempat-tempat berbahaya, dan juga harus berhadapan dengan para pengikut-pengikut setia serta para pelahap maut dari yang namanya tidak boleh di sebutkan.
Dibaginya kisah The Deathly Hollows: part 1 menjadi dua bagian rupanya tidak hanya menguntungkan Warner Bros. dari segi pendapatan saja, namun ternyata juga memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi berkembangnya kisah ke-7 Harry Potter ini menjadi jauh lebih baik dibanding seri-seri sebelumnya, setidaknya kali ini duet David Yates dan Steve Kloves sebagai sutradara dan penulis naskah mendapatkan kesempatan lebih banyak dibanding seri-seri sebelumnya untuk dapat menuangkan elemen-elemen penting dalam novelnya ke dalam filmnya. Hasilnya, viola!! The Deathly Hollows: part 1 mampu menjelma sebagai instalemen terbaik diantara enam seri pendahulunya.
Terlihat sekali jika Yates begitu menikmati mengarap kisah terkakhir franchise satu ini. Tanpa harus terburu-buru Yates membiarkan kisahnya berjalan dalam tempo lambat tanpa harus kehilangan tensi ketegangan yang sudah dibangunnya dengan baik dari menit-menit awal. Konflik-konfilk utama yang terdapat dalam novelnya, meskipun tidak semua berhasil disajikan namun elemen-elemen utamanya sudah berhasil dirangkum dengan ringkas dan baik sepanjang 146 menit tanpa terkesan di kejar-kejar waktu dan dipaksakana seperti kebanyakan kasus yang dialami para predesornya.
Dalam bagian pertama dari The Deathly Hollows kita sama sekali tidak akan melihat Hogwarts, sebagai gantinya banyak kita jumpai rangkaian pemandangan-pemandangan alam liar Inggris yang berhasil di sajikan dengan sinematografi sangat indah sekaligus kelam disaat bersamaan, seakan-akan Yates ingin menggambarkan sebuah dunia yang dipenuhi ketakutan dan kegelapan dalam cengkeraman kekuasaan Voldermort yang sedang menaungi dunia para penyihir dan manusia pada saat itu, apalagi dukungan efek CGI kembali mampu menjadi faktor kuat yang membuat segala keajaiban dunia sihir Harrry Potter berhasil ditampilkan dengan sempurna, baik itu adegan-adegan aksi spektakuler yang melibatkan adu mantra-mantra sihir, kejar-kejaran diudara sampai salah satu yang paling mengesankan buat saya adalah kisah “Tale of the Three Brothers” yang di sajikan dengan tampilan animated sequence yang sangat menarik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa franchise Harry Potter adalah tempat dimana aktor dan aktris kenamaan Inggris Raya berkumpul menjadi satu. Selain tiga karakter utamanya, Daniel Radcliffe, Rupert Grint dan Emma Watson dan karakter-karakter lama lainnya, The Deathly Hollows kembali dimeriahkan dengan kehadiran karakter baru seperti Bill Nighy sebagai Rufus Scrimgeour sang mentri sihir, John Hurt sebagai Ollivander sang pembuat tongkat sihir dan Rhys Ifans sebagai Xenophilius Lovegood yang walaupun perannya bisa dibilang tidak banyak tapi sudah cukup memberikan daya tarik tersendiri.
Overall, The Deathly Hollows: part 1 sejauh ini adalah yang terbaik dari seluruh instalemen Harry Potter yang ada. David Yates selaku sutradara sukses memanfaatkan momentum di bagi duanya kisah epik petualangan penyihir paling dicintai didunia ini dengan menghadirkan separuh kisah seri terakhir ini dengan baik. Jelas sebuah ‘bekal’ yang kuat bagi para penontonnya untuk menghadapi grand finale yang akan hadir tahun depan. Let’s get ready for the final one!!
sumber: Movie Enthusiast's Blog
About Me
- Plenug dan Dirinya
- Adalah seorang manusia biasa yang tentu saja tidak akan bisa menampilkan keeksotisan dirinya serta keeksisannya tanpa adanya sahabat, tanpa adanya manusia lain yang saling mendukung, tanpa adanya jabatan erat dari manusia lain yang merasakan samanya menjadi manusia. Selalu memasang dada dan tangan terbuka untuk setiap jabatan erat persahabatan adalah konsep hidupnya.
Recent Post
Categories
Sakisaku List
-
Aku Memilih Bungkam9 tahun yang lalu
-